Sabtu, 06 Juli 2013

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM



 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dunia pendidikan selalu mengalami perubahan-perubahan yang dinamis sesuai dengan kebutuhan zaman sekarang. Pendidiakan mengalami proses yang terus berkelanjutkan yang proses pelaksanaannya pun tentu perlu dilakukan pembaharuan-pembaharuan ke arah tercapainya tujuan pendidikan yang lebih baik. Kurikulum merupakan salah satu bentuk pembaharuan yang dilakukan oleh oemerintah untuk terus berupaya memperbaikn proses pelaksanaan pendidikan.
Dalam pengembanganya kurikulum tentu menyesuaikan dengan kebutuhan dunia pendidikan saat ini. Artinya pengembangan kurikulum diartikan sebagai basis apa yang akan dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti alternatif yang menekankan pada  kebutuhan mata pelajaran, peserta didik, penguasaan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat atau permasalahan sosial. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum perlu dilakukan dengan berlandaskan pada kebutuhan dan teori yang tepat agar kurikulum yang dihasilkan bisa efektif.
Pengembangan kurikulum bisa diartikan sebagai penyusunan kurikulum baru (curriculum construction) atau bisa dikatakan sebagai menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement). Pengembangan kurikulum tidak dapat terlepas dari berbagai aspek yang memengaruhinya, seperti cara berfikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengmbangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Agar dapat mengembangkan kurikulum secara baik, pengembang kurikulum semestinya memahami berbagai jenis model pengembangan kurikulum.
Pentingnya model pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif model pengembangan kurikulum, maka para pengembang kurikulum diharapkan akan bisa bekerja secara lebih sistematis dan optimal. Sehingga harapan yang diinginkan terwujud yaitu kurikulum yang bisa menggerakan dengan berbagai kepentingan, teori dan praktik bisa diwujudkan.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
1.      Jelaskan  pengertian dari model pengembangan?
2.      Jelaskan jenis-jenis model pengembangan kurikulum?

C.    Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari makalah ini adalah:
1.      Mengetahui pengertian dari model-model pengembangan
2.      Mengetahui jeni-jenis model-model pengembangan


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Model Pengembangan
Model pengembangan kurikulum menurut para Nana Syaodih Sukmadinata adalah penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction) bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement). Sedangkan Model menurut Good dan Travers adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Rivett (1972) menyatakan bahwa model adalah hubungan sebuah logika secara, salah satunya kualitatif atau kuantitatif, yang memberikan relevansi pada masa mendatang. Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengembangan Model Kurikulum adalah suatu sistem dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang dalam penyusunan kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah ada yang memberikan relevansi pada masa mendatang.
Jadi dapat disimpulkan model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (impelementation), dan mengevaluasi (evaliatoon) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan
B.     Jenis-jenis Model Pengembangan Kurikulum
Menurut beberapa sumber, model pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
1.      Model Ralph Tyler
Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Tyler (1949) diajukan berdasarkan pada beberapa pernyataan yang mengarah pada langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, menurut Tyler ada empat tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum, yang meliputi :
a.        Menentukan tujuan pendidikan.
      Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harus menggambarkan perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan. Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurut Tyler, yaitu : a) hakikat pesarta didik b) kehidupan masyarakat masa kini dan c) pandangan para ahli bidang studi. Penentuan tujuan pendidikan dengan berdasarkan masukan dari ketiga aspek tersebut. Selain itu ada lima faktor yang menjadi arah penentu tujuan pendidikan, yaitu : pengembangan kemampuan berfikir, membantu memperoleh informasi, pengembangan sikap kemasyarakatan, pengembangan minat peserta didik, dan pengembangan sikap sosial.

b.      Menentukan proses pembelajaran
      Menetukan proses pembelajaran apa yang paling cocok dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang kemampuan paserta didik.
c.       Menentukan organisasi pengalaman belajar
Setelah proses pembelajaran ditentukan, selanjutnya menentukan organisasi pengalaman belajar. Pengalaman belajar di dalamnya mencakup tahapan-tahapan belajar dan isi atau materi belajar. Bahan yang harus dilakukan, diorganisasikan sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan.
d.      Menentukan evaluasi pembelajaran.
Menentukan jenis evaluasi apa yang cocok digunakan, merupakan kegiatan akhir dalam model Tyler. Jenis penilaian yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikan atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi bisa tepat, maka para pengembang kurikulum disamping harus memerhatikan komponen-komponen kurikulum lainnya, juga harus memerhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang ada.
2.      The Administrative (Line-Staff) Model
Pengembangan kurikulum model ini disebut juga dengan istilah dari atas ke bawah (top down) atau staf lini (line-staff procedure), artinya pengembangan kurikulum ini ide awal dan pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Tim ini sekaligus sebagai tim pengarah dalam pengembangan kurikulum. Langkah kedua adalah membentuk suatu tim panitia pelaksana  atau komisi untuk mengembangkan kurikulum yang didukung oleh beberapa anggota yang terdiri dari para ahli, yaitu: ahli pendidikan, kurikulum, disiplin ilmu, tokoh masyarakat, tim pelaksana pendidikan, dan pihak dunia kerja.
Tim ini bertugas untuk mengembangkan konsep-konsep umum, landasan, rujukan, maupun strategi pengembangan kurikulum yang selanjutnya menyusun kurikulum secara operasional berkaitan dengan pengembangan atau perumusan tujuan pendidikan maupun pembelajaran, pemilihan dan penyusunan rambu-rambu dan substansi materi pelajar, menyusun alternatif proses pembelajaran, dan menentukan penilaian pembelajaran.
3.      The Grass-Roots Model
Pengembangan kurikulum model ini kebalikan dari model adaministratif. Model Grass Roots merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus bawah. Dalam prosesnya pengembangan ini diawali atau dimulai dari gagasan guru-guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah. Model Grass Roots lebih demokratis karena pengembangan dilakukan oleh para pelaksana di lapangan, sehingga perbaikan dan peningkatan dapat dimulai dari unit-unit terkecil dan spesifek menuju bagian-bagian yang lebih besar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum model Grass Roots, di antaranya : 1) guru harus memiliki kemampuan yang propesional; 2) guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum, penyeselaian permasalahan kurikulum; 3) guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan, dan penentuan evaluasi; 4) seringnya pertemuan pemahaman guru dan akan menghasilkan konsensus tujuan, perinsip, maupun rencana-rancana. Ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam model ini, diantaranya adalah akan bervariasinya sistem kurikulum di sekolah karena menerapkan partisipasi sekolah dan masyarakat secara demokratis. Sehingga apabila tidak terkontrol (tidak ada kendali mutu), maka cendrung banyak mengabaikan kebijakan dari pusat.
4.      The Demonstration Model
Model pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (Grass Roots). Semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya digunkan dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat tantangan atau keidaksetujuan dari pihak-pihak tertentu. Menurut Smith, Stanley, dan Shores, ada dua bentuk model pengembangan ini. Pertama; sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang diorganisasi dan ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen suatu kurikulum. Kedua; dari bebrapa orang guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada, kemudian mereka mengadakan eksperimen, uji coba, dan mengadakan pengembangan secara mandiri.
Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini, di antaranya adalah : 1) kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui proses yang telah diuji dan diteliti secara ilmiah; 2) perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih khusus kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak administrator, akan berbeda dengan perubahn kurikulum yang sangat luas dan kompleks; 3) hakikat model demonstrasi cerskala kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen dan pelaksanaan di lapangan; 4) model ini akan menggerakkan inisiatif, kreativitas guru-guru serta memberdayakan sumber-sumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan program yang baru. 
5.      Roger’s Interpersonal Relatons Model
Model ini berasal dari seorang psikolog Carl Rogers. Dia berasumsi bahwa “Kurikulum diperlukan dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka, luwes, dan adaptif terhadap situasi perubahan”. Kurikulum demikian hanya dapat disusun dan diterapkan oleh pendidik yang terbuka, luwes, dan berorientasi pada proses.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a.       Dibentuk kelompok untuk memperoleh hubungan interpersonal di tempat yang tidak sibuk.
b.      Kurang lebih dalam satu minggu para peserta mengadakan saling tukar pengalaman di bawah pimpinan staf pengajar.
c.       Kemudian diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas dalam suatu sekolah, sehingga hubungan interpersonal akan menjadi lebih sempurna, yaitu hubungan antara guru dengan guru, guru dengan siswa, siswa dengan siswa dalam suasana yang akrab.
d.      Selanjutnya pertemuan diadakan dengan mengikutsertakan anggota yang lebih luas lagi, yaitu para pegawai adminstrasi dan orang tua siswa. Dalam situasi yang demikian diharapkan masing-masing personakan akan saling menghayati dan lebih akrab, sehingga memudahkan berbagai pemecahan problem sekolah.
e.       Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan penyusunan kurikulum akan lebih realistis karena didasari oleh kenyataan-kenyataan yang diharapkan.
6.      Model Taba (inverted Model)
Model Taba merupakan modifikasi dari model Tyler. Modifikasi tersebut penekanannya terutama pada pemusatan perhatian guru. Taba memrcayai bahwa guru merupakan faktor uatama dalam usaha pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan memosisikan guru sebagai inovator dalam pengembangan kurikulum merupakan karakteristik dalam model pengembangan Taba, model ini lebih bersifat induktif, berbeda dengan model tradisional yang deduktif. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a.     Mengadakan unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru
b.    Menguji unit eksperimen
c.     Mengadakan revisi dan konsolidasi
d.   Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum (developing a frame work)
e.     Implementasi dan desiminasi
7.      Beuachamp Model
Model ini dikembangkan oleh George A. Beuachanp, seorang ahli kurikulum. Menurut Beauchamp (1931), proses pengembangan kurikulum meliputi lima tahap, yaitu :
  1. Memutuskan arena pengembangan kurikulum, suatu keputusan yang menjabarkan ruang lingkup upaya pengembangan.
  2. Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa sajakah yang ikut terlibat dalam pengembangan kurikulum.
  3. Organisasi dan prosedur pengembangn kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhandesain kurikulum.
  4. Implementasi kurikulu, yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum seperti yang sudah diputuskan dalam ruang lingkup pengembangan kurikulum.
  5. Evaluasi kurikulum.
  1. Emerging Technical Models
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, serta nilai-nilai efisiensi efektifitas dalam bisnis. Juga mempengruhi perkembanagan model-model kurikulum. Tumbuh kecendrungan-kecendrungan baru yang didasarkan atas hal itu diantaranya:
  1. Menekankan kepuasan prilaku atau kemampuan
  2. Berasal dari gerakan efesiensi bisnis
  3.  Suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan komputer.


 
BAB III

PENUTUP
A.    Simpulan
Kurikulum tentunya mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan kebutuhan dunia pendidikan saat ini. Tentu juga dirasakan pada model pengembangan dari kurikulum tersebut yang tentunya harus kita rumuskan secara bersama-sama agar kurikulum bisa bekerja secara sistematis dan optimal dalam mencapai keberhasilan dari dunia pendidikan. Tentunya harus ada model-model pengembangan kurikulum yang dipilih dan dilaksakankan. Ada beberapa macam model pengembangaan kurikulum, yaitu diantaranya model  Ralph Tyler, Administrative (Line-Staff) Model, The Demonstration Model Roger’s Interpersonal Relatons Model, Model Taba (inverted Model), Roger’s Interpersonal Relatons Model, Beuachamp Model dan Emerging Technical Models. Dari jenis model pengembangan ini tentunya memiliki cara-cara sendiri dalam pengembangan kurikulumnya.
B.     Saran
Dalam praktek pengembangan kurikulum, tentunya masih ada segala macan keterbatasan. Agar tentunya menanggulangi itu terjadi, maka model pengembangan kurikulum harus benar-benar menjadi esensi pagi para pakar yang akan merancang kurikulum, yang memperhatikan segala macam karakteristik elemen-elemen pendidikan yang digunakan saat ini.