Kamis, 01 Agustus 2013
Pendidikan Bagi Wrga Dunia, Ekonomi Pendidikan
PENDIDIKAN BAGI WARGA DUNIA
by Vella Anggresta
A. Pendahuluan
Menuju agenda yang lebih jelas untuk perubahan bagi warga dunia untuk mencipatakan manusia yang berkualitas. Sering dengan perkembangan zaman dikatakan bahwa pendidikan adalah senjata paling kuat yang bisa kita gunakan mengubah dunia. Tapi apa nilai dan tujuan di balik pernyataan ini? Dan apa artinya ini bagi teori dan praktek asuhan untuk warga dunia
Bab ini akan memperkenalkan beberapa masalah teoritis dan praktis kunci di peran E4GC dalam mempromosikan perubahan dalam kata Dan akan menyarankan beberapa arah untuk pengembangan masa depan gerakan E4GC.
Kita harus lebih terbuka tentang perubahan yang ingin kita lihat di dunia, dan nilai-nilai yang mendorong perubahan ini? Apakah kita menghargai peran aksi yang cukup dalam proses perubahan ini. Bagaimana kita dapat lebih membantu kaum muda dalam perjalanan mereka untuk menjadi warga negara global yang aktif. Agenda untuk perubahan itu harus kita rancang untuk tercapainya secara merata untuk menjangkau pendidikan bagi warga negara.
B. Pembahasan
E4GC berusaha untuk mencapai perubahan positif dalam masyarakat muda dan melalui sikap orang-orang muda dan perilaku di dunia. Misalnya, berusaha untuk mengembangkan warga global antara lain, disakiti oleh ketidakadilan sosial, bertanggung jawab atas tindakan mereka, dan bersedia untuk bertindak untuk membuat kata tempat yang lebih baik dan berkelanjutan (Oxfam 1997). Pekerjaan kami merupakan bagian dari misi Pengembangan Pendidikan gerakan (DE) untuk mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai yang memungkinkan orang untuk bekerja sama untuk membuat perubahan dan bekerja untuk mencapai dunia yang lebih adil dan berkelanjutan di mana kekuasaan dan sumber daya yang lebih adil.
1. Agenda perubahan
E4GC bertujuan untuk menghasilkan perubahan positif pada generasi muda dan melalui sikap dan tingkah laku generasi muda didunia (contoh: perubahan individual dan perubahan sosial – lihat gambar 6.1). Oxfam, sebagai contoh, berusaha untuk mengembangkan masyarakat global yang diantaranya tersisih oleh ketidak adilan sosial, mengambil tanggung jawab untuk kegiatan mereka dan berkeinginan untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih sederajat dan layak (Oxfam 1997). Bagian pekerjaan dalam misi pergerakan pengembangan pendidikan (DE) untuk (mengembangkan) kemampuan, sikap, dan nilai-nilai yang memungkinkan orag-orang bekerja sama mengenai perubahan dan (pekerjan) melalui pencapaian dunia yang layak yang dimana kekuatan dan sumber daya lebih rata dalam pembagiannya (DEA 2001:1).
Perubahan ini, baik level individual maupun sosial, didapatkan melalui nilai-nilai kami: yang mana kita perpegang untuk menjadi benar dan baik. Apa yang kita lihat sebagai perubahan positif pada generasi muda dan dunia didasari pada konsep apa yang adil dan tidak adil didunia, dan apa nilai-nilai positif perubahan pada orang-orang dan masyarakat (Laycock 2006). Inilah agenda kita: nilai yang membawa visi untuk perubahan kita.
Bagian krusial pada agenda E4GC adalah peran generasi muda sebagai agen perubahan didunia, melalui aksi yang dilakukan dan sikap dan nilai yang menjalankan aksi tersebut. Kita ingin tingkah laku generasi muda untuk dijalankan dengan agenda mereka sendiri untuk perubahan berdasarkan pemahaman kritis mengenai dunia. Inilah esensi dari masyarakat global yang aktif.
Pola kerja E4GC seperti kurikulum Oxfam untuk masyarakat global merancang keluaran yang jelas untuk perkembangan generasi muda, seperti dalam hal ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai, dengan dokumen kurikulum yang mainstream (contoh, petunjuk kurikulum nasional). Bagaimanapun, pola kerja seperti ini diragukan mengenai kegiatan yang kita harap generasi muda akan lakukan di dunia, dan perubahan yang kita ingin lihat di dunia sebagai konsekuensinya – seperti tujuan sosial pendidikan.
Hal ini mungkin berkembang dari ketakutan oleh adanya manipulasi, atau karena kita merasa adanya tekanan antara tujuan sosial kita dan penekanan kita terhadap kontrol metodologi: menghargai peserta didik dan mendukung pemikiran kritis, otonomi dalam membuat keputusan, dan penunjukan jati diri. Namun, memberikan apa yang kita lakukan memiliki luaran yang kita harap untuk lihat pada generasi muda dan dunia, penulis yakin bahwa kita perlu menunjukkan sepenuhnya tujuan kita untuk perubahan dan nilai-nilai yang ada dibalik tujuan itu: kita butuh agenda yang jelas.
2. Keuntungan agenda yang jelas
Agenda yang jelas memiliki dua keuntungan penting untuk pergerakan E4GC dan (lebih dalam DE):
a. Kita dapat memutuskan untuk apa perubahan yang kita kerjakan dan nilai dalam menjalani pekerjaan. Pendidikan mainstream, seperti DE, juga memliki agenda untuk perubahan sosial – perbedaannya ada pada masyarakat yang berusaha kita wujudnkan. Hal ini dapat memberikan kita argument yang sangat kuat untuk menegaskan pendekatan E4GC.
b. Kita dapat membuka tujuan dan nilai kita untuk analisa yang kritis: pertanyaan, dialog, dan perdebatan yang merupakan hal vital dalam pengembangan pendekatan yang lebih mendalam dan teliti. Pendekatan ini merupakan kunci dalam pengembangan praxis, konsep utama pekerjaan banyak pelaku DE.
c. Sebelum aksi dilakukan, garis bawahi nilai butuh dilakukan secara tersirat. Itulah praxis, aksi-refleksi-proses, menjadi alat untuk memulai dan menguatkan keinginan perubahan makro atau mikro atau semacamnya (Wignaraja 1993:20)
Bila kita mengerti dua tujuan E4GC, sebagaimana yang disebutkan diatas, menjadikan kejelasan agenda tidak harus dikompromikan dengan generasi muda. Tujuan E4Gc dapat menjadi instrinsik dan instrumental: kita menilai perkembangan generasi muda diakhir dan kita juga menilai kontribusi generasi muda dapat membangun dunia yang lebih baik. Kita menilai perubahan pada generasi muda dan masyarakat. Dan kedua tujuan tersebut memiliki esensi satu dan yang lainnya: jika kita peduli mengenai dunia yang mana mereka tinggal sekarang dan di masa yang akan datang, jika kita peduli pada dunia, kita harus peduli terhadap nilai dan tindakan generasi muda sebagai masyarakat saat ini dan di masa yang akan datang.
Secara tersirat perubahan sosial yang kita harapkan tercapai seharusnya tidak mengurangi focus kita pada perkembangan generasi muda. Pada gambar 6.1, kita berbicara mengenai perubahan pada generasi muda bukan merubah generasi muda. ‘Merubah’ generasi muda bermakna manipulasi – menggunakan generasi muda untuk menghasilkan keinginan kita – namun “perubahan” pada generasi muda mengarah pada focus kita dalam menolong generasi muda mengembangkan diri mereka, dan dengan masyarakat.
Jadi, dengan agenda kita yang jelas, kita dapat mengarahkan generasi muda pada sikap dan tindakan tertentu tapi tidak memaksakan mereka. Kita berharap untuk hasil tertentu dari kerja keras kita, namun tidak menghilangkan penghormatan kita terhadap generasi muda. Faktanya, kita hanya dapat menghasilkan perubahan yang abadi pada sikap dan tindakan generasi muda melalui proses pembelajran yang menghormati generasi muda dan membiarkan mereka membuat keputusan mereka sendiri.
3. Tindakan untuk perubahan
Jika kita mengerti mengenai perubahan yang kita ingin lihat di dunia dan kenapa, kita akan lebih mudah menyediakan pola kerja yang berguna untuk menolong generasi muda dalam bertindak membuat perubahan. Ini bukan hanya hal penting dalam menghasilkan perubahan sosial melalui generasi muda, namun ini juga penting untuk perkembangan generasi muda itu sendiri.
Kita menilai kekuatan generasi muda. Namun, kekuatan mereka tidaklah sama dengan delegasi; faktanya, memberikan tanggungjaeab tanpa kekuasan dapat menjadi kelemahan dan kurangnya motivasi. Kekuatan meliputi pengembangan perasaan generasi muda pada kekuatan mereka (Holden dan Clough 1998b) dan salah satu cara terbaik adalah menolong generasi muda untuk merasakan pengalaman untuk mendukung dunia yang lebih baik. Kekuatan yang benar tidak hanya kan menolong orang mengerti isu secara kritis, namun juga menolong mereka ikut andil dalam melakukan sesuatu untuk mereka. Lebih lanjut, karena tindakan merupakan bagian penting dalam proses belajar (contoh: Smith 1996; Holden dan Clough 1998b) untuk mendukung tindakan generasi muda yaitu untuk mendukung pembelajaran generasi muda.
Seperti kita mendukung generasi muda untuk mempelajari mengenai isu, tidak seharusnyakah kita mendukung mereka untuk bertindak mengenai isu tersebut? Pada langkah awal kemampuan dan pemahaman, hal ini dapat menjadi lebih terstruktur, langsung tanpa manipulasi; sebagaimana generasi muda berkembang, kita dapat meminta mereka untuk merencakan tindakan mereka dan mengontrol arah mereka (Hart 1992, di Holden dan Clough 1998a).
4. Perjalanan masyarakat global aktif
Masyarakat global seringkali digambarkan sebagai status yang universal, atau dibandingkan dengan level yang berbeda-beda dari masyarakat global (Heater 2002; Dower 2003). Kita dapat berpendapat bahwa masyarakat global baik dilihat sebagai sebuah perjalanan; dari level terendah hingga tertinggidalam pemahaman, kemampuan, dan nilai-nilai, dan pada tujuan umum – dunia yang lebih baik.
Perumpamaan perjalanan mencerminkan konsep convensional kognitif, emosional, dan perkembangan moral sebagai perubahan melalui tingkat kompetensi (Piaget, Kohlberg, etc), terbukti pada kurikulum di Inggris dan dunia.hal ini terdengar tema kesatuan dan perbedaan, perkembangan, dan jangka waktu teori masyarakat global. Kita semua berada pada perjalanan masyarakat global, dari status passive sebagai masyarakat dengan tanggung jawab moral terhadap dunia, hingga sepenuhnya sadar dan aktif dengan mengisi tanggungjawab tersebut menjadi kemampuan terbaik.
Konsep perjalanan masyarakat global diharapkan dapat lebih berguna daripada karakter tipe yang berbeda dari masyarakat global. Hal ini juga memiliki beberapa implikasi penting untuk para pelaku pendidikan:
a. Apabila msyarakat global merupakan perjalanan, kita tidak bisa mengharapkan generasi muda membuatnya secara instan atau tanpa bantuan.
b. Meski sudah didukung, seperti pendidikan konvensional, banyak generasi muda yang tidak bisa mencapai titik tertinggi pemikiran kritis, kemampuan maupun nilai-nilainya. Tapi mereka masih dapat melakukan tindakan untuk membawa perubahan dunia.
c. Jika kita ingin menolong generasi muda maju dengan perjalanan mereka, kita perlu untuk memulai dimana mereka ada dan menolong mereka untukk maju.
d. Kita harus berhati-hati untuk tidak mengangap bahwa kita sebagi pendidik telah menyelesaikan perjalanan kita; kita mengembangkan kemampuan kita secara berkelanjutan untuk memastikan kita tetap maju.
Bagaimana cara kita menjawab tantangan ini merupakan pertanyaan yang sangat penting untuk E4Gc dan pengembang DE pada umumya. Hal ini meliputi pemeriksaan agenda untuk perubahan, refleksi nilai-nilai dan prinsip, mengulang kembali bagaimana kita merencanakan masyarakat global yang aktif, dan mengapresiasi kembali bagaimana kita berinteraksi dan dengan generasi muda dan guru. Kita harus berfikir dan berdiskusi namun, kita harus tetap foukus pada tindakan: jika kita berkomitmen untuk menolong generasi muda berkembang sebagaiman msyarakat global yang aktif dan untuk merubah dunia, kita harus siap untuk merubah cara kita bekerja.
C. Kesimpulan
Pelaku E4GC memiliki tujuan untuk generasi muda dan untuk dunia melalui nilai nilai fundamental: agenda kita. Agenda kita akan menolong kita untuk memberikan generasi muda pola kerja untuk tindakan mereka dapat lakukan dalam mendukung perubahan sosial, dan juga perkembangan personal mereka.
Generasi muda perlu didukung untuk membuat perjalanan mereka dan mereka dapat mulai dari tempat dimana mereka ada dalam hal sikap dan pemahaman. tapi kita perlu merangkul mereka dengan kita. Bukan berarti kita meninggalkan mereka namun itu artinya membawa mereka melakukan perjalan menjadi masyarakat global bersama kita. Apabila tidak, kita kehilangan kesempatan untuk melakukan E4GC pada banyak orang – dan untuk menolong membuat apa yang ingin kita lihat dari dunia.
Sabtu, 06 Juli 2013
MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dunia
pendidikan selalu mengalami perubahan-perubahan yang dinamis sesuai dengan
kebutuhan zaman sekarang. Pendidiakan mengalami proses yang terus
berkelanjutkan yang proses pelaksanaannya pun tentu perlu dilakukan pembaharuan-pembaharuan
ke arah tercapainya tujuan pendidikan yang lebih baik. Kurikulum merupakan
salah satu bentuk pembaharuan yang dilakukan oleh oemerintah untuk terus
berupaya memperbaikn proses pelaksanaan pendidikan.
Dalam
pengembanganya kurikulum tentu menyesuaikan dengan kebutuhan dunia pendidikan
saat ini. Artinya pengembangan kurikulum diartikan sebagai basis apa yang akan dicapai dalam
kurikulum tersebut, seperti alternatif yang menekankan pada kebutuhan mata pelajaran, peserta didik,
penguasaan kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat atau permasalahan
sosial. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum perlu dilakukan dengan
berlandaskan pada kebutuhan dan teori yang tepat agar kurikulum yang dihasilkan
bisa efektif.
Pengembangan
kurikulum bisa diartikan sebagai penyusunan kurikulum baru (curriculum
construction) atau bisa dikatakan sebagai menyempurnakan kurikulum yang telah
ada (curriculum improvement). Pengembangan kurikulum tidak dapat terlepas dari berbagai aspek
yang memengaruhinya, seperti cara berfikir, sistem nilai (nilai moral,
keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengmbangan, kebutuhan peserta
didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek
tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan
kurikulum. Agar dapat mengembangkan kurikulum secara baik, pengembang kurikulum
semestinya memahami berbagai jenis model pengembangan kurikulum.
Pentingnya model pengembangan kurikulum dan
sejumlah alternatif model pengembangan kurikulum, maka para pengembang
kurikulum diharapkan akan bisa bekerja secara lebih sistematis dan optimal.
Sehingga harapan yang diinginkan terwujud yaitu kurikulum yang bisa menggerakan
dengan berbagai kepentingan, teori dan praktik bisa diwujudkan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
1. Jelaskan pengertian dari model pengembangan?
2. Jelaskan jenis-jenis model
pengembangan kurikulum?
C.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah, maka tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian dari
model-model pengembangan
2. Mengetahui jeni-jenis model-model
pengembangan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Model Pengembangan
Model
pengembangan kurikulum menurut para Nana Syaodih Sukmadinata adalah penyusunan
kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction) bisa juga
menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement). Sedangkan
Model menurut Good dan Travers adalah abstraksi dunia nyata atau representasi
peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta
lambang-lambang lainnya. Rivett (1972) menyatakan bahwa model adalah hubungan
sebuah logika secara, salah satunya kualitatif atau kuantitatif, yang
memberikan relevansi pada masa mendatang. Jadi dapat disimpulkan bahwa
Pengembangan Model Kurikulum adalah suatu sistem dalam bentuk naratif,
matematis, grafis, serta lambang-lambang dalam penyusunan kurikulum yang baru
ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah ada yang memberikan relevansi pada
masa mendatang.
Jadi
dapat disimpulkan model
pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka
mendesain (designing), menerapkan (impelementation), dan mengevaluasi (evaliatoon) suatu kurikulum. Oleh karena
itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem
perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar
keberhasilan dalam pendidikan
B.
Jenis-jenis Model Pengembangan
Kurikulum
Menurut beberapa sumber, model pengembangan kurikulum adalah
sebagai berikut:
1. Model Ralph
Tyler
Model pengembangan kurikulum yang
dikemukakan oleh Tyler (1949) diajukan berdasarkan pada beberapa pernyataan
yang mengarah pada langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena
itu, menurut Tyler ada empat tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan
kurikulum, yang meliputi :
a. Menentukan tujuan pendidikan.
Tujuan
pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus dicapai dalam program
pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harus menggambarkan perilaku
akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan. Ada tiga aspek yang
harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurut
Tyler, yaitu : a) hakikat pesarta didik b) kehidupan masyarakat masa kini dan
c) pandangan para ahli bidang studi. Penentuan tujuan pendidikan dengan
berdasarkan masukan dari ketiga aspek tersebut. Selain itu ada lima faktor yang
menjadi arah penentu tujuan pendidikan, yaitu : pengembangan kemampuan
berfikir, membantu memperoleh informasi, pengembangan sikap kemasyarakatan,
pengembangan minat peserta didik, dan pengembangan sikap sosial.
b. Menentukan
proses pembelajaran
Menetukan
proses pembelajaran apa yang paling cocok dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses
pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang kemampuan paserta didik.
c. Menentukan
organisasi pengalaman belajar
Setelah proses pembelajaran ditentukan,
selanjutnya menentukan organisasi pengalaman belajar. Pengalaman belajar di
dalamnya mencakup tahapan-tahapan belajar dan isi atau materi belajar. Bahan
yang harus dilakukan, diorganisasikan sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan
dalam pencapaian tujuan.
d. Menentukan
evaluasi pembelajaran.
Menentukan jenis evaluasi apa yang cocok
digunakan, merupakan kegiatan akhir dalam model Tyler. Jenis penilaian yang
akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikan
atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses belajar yang telah
ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi bisa tepat, maka para
pengembang kurikulum disamping harus memerhatikan komponen-komponen kurikulum
lainnya, juga harus memerhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang ada.
2. The Administrative (Line-Staff) Model
Pengembangan
kurikulum model ini disebut juga dengan istilah dari atas ke bawah (top down) atau staf lini (line-staff procedure), artinya
pengembangan kurikulum ini ide awal dan pelaksanaannya dimulai dari para
pejabat tingkat atas pembuat keputusan dan kebijakan berkaitan dengan
pengembangan kurikulum. Tim ini sekaligus sebagai tim pengarah dalam
pengembangan kurikulum. Langkah kedua adalah membentuk suatu tim panitia
pelaksana atau komisi untuk
mengembangkan kurikulum yang didukung oleh beberapa anggota yang terdiri dari
para ahli, yaitu: ahli pendidikan, kurikulum, disiplin ilmu, tokoh masyarakat,
tim pelaksana pendidikan, dan pihak dunia kerja.
Tim ini
bertugas untuk mengembangkan konsep-konsep umum, landasan, rujukan, maupun
strategi pengembangan kurikulum yang selanjutnya menyusun kurikulum secara
operasional berkaitan dengan pengembangan atau perumusan tujuan pendidikan
maupun pembelajaran, pemilihan dan penyusunan rambu-rambu dan substansi materi
pelajar, menyusun alternatif proses pembelajaran, dan menentukan penilaian
pembelajaran.
3. The Grass-Roots Model
Pengembangan kurikulum model ini kebalikan dari model
adaministratif. Model Grass Roots
merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus bawah. Dalam
prosesnya pengembangan ini diawali atau dimulai dari gagasan guru-guru sebagai
pelaksana pendidikan di sekolah. Model Grass
Roots lebih demokratis karena pengembangan dilakukan oleh para pelaksana di
lapangan, sehingga perbaikan dan peningkatan dapat dimulai dari unit-unit
terkecil dan spesifek menuju bagian-bagian yang lebih besar. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum model Grass Roots, di antaranya : 1) guru harus memiliki kemampuan yang
propesional; 2) guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum,
penyeselaian permasalahan kurikulum; 3) guru harus terlibat langsung dalam
perumusan tujuan, pemilihan bahan, dan penentuan evaluasi; 4) seringnya
pertemuan pemahaman guru dan akan menghasilkan konsensus tujuan, perinsip,
maupun rencana-rancana. Ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam model
ini, diantaranya adalah akan bervariasinya sistem kurikulum di sekolah karena
menerapkan partisipasi sekolah dan masyarakat secara demokratis. Sehingga
apabila tidak terkontrol (tidak ada kendali mutu), maka cendrung banyak
mengabaikan kebijakan dari pusat.
4. The Demonstration Model
Model pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (Grass Roots). Semula merupakan suatu
upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya digunkan dalam skala
yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat tantangan atau keidaksetujuan
dari pihak-pihak tertentu. Menurut Smith, Stanley, dan Shores, ada dua bentuk
model pengembangan ini. Pertama; sekelompok guru dari satu sekolah atau
beberapa sekolah yang diorganisasi dan ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji
coba atau eksperimen suatu kurikulum. Kedua; dari bebrapa orang guru yang
merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada, kemudian mereka mengadakan
eksperimen, uji coba, dan mengadakan pengembangan secara mandiri.
Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan
ini, di antaranya adalah : 1) kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena
dihasilkan melalui proses yang telah diuji dan diteliti secara ilmiah; 2)
perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih khusus
kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak administrator, akan berbeda dengan
perubahn kurikulum yang sangat luas dan kompleks; 3) hakikat model demonstrasi
cerskala kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen dan pelaksanaan di
lapangan; 4) model ini akan menggerakkan inisiatif, kreativitas guru-guru serta
memberdayakan sumber-sumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan minat
guru dalam mengembangkan program yang baru.
5. Roger’s Interpersonal Relatons Model
Model ini berasal dari seorang psikolog Carl Rogers. Dia berasumsi bahwa
“Kurikulum diperlukan dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka, luwes,
dan adaptif terhadap situasi perubahan”. Kurikulum demikian hanya dapat disusun
dan diterapkan oleh pendidik yang terbuka, luwes, dan berorientasi pada proses.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Dibentuk kelompok untuk memperoleh
hubungan interpersonal di tempat yang tidak sibuk.
b. Kurang lebih dalam satu minggu para
peserta mengadakan saling tukar pengalaman di bawah pimpinan staf pengajar.
c. Kemudian diadakan pertemuan dengan
masyarakat yang lebih luas dalam suatu sekolah, sehingga hubungan interpersonal
akan menjadi lebih sempurna, yaitu hubungan antara guru dengan guru, guru
dengan siswa, siswa dengan siswa dalam suasana yang akrab.
d. Selanjutnya pertemuan diadakan
dengan mengikutsertakan anggota yang lebih luas lagi, yaitu para pegawai
adminstrasi dan orang tua siswa. Dalam situasi yang demikian diharapkan
masing-masing personakan akan saling menghayati dan lebih akrab, sehingga
memudahkan berbagai pemecahan problem sekolah.
e. Dengan langkah-langkah tersebut
diharapkan penyusunan kurikulum akan lebih realistis karena didasari oleh
kenyataan-kenyataan yang diharapkan.
6.
Model Taba (inverted Model)
Model Taba
merupakan modifikasi dari model Tyler. Modifikasi tersebut penekanannya
terutama pada pemusatan perhatian guru. Taba memrcayai bahwa guru merupakan
faktor uatama dalam usaha pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang
dilakukan guru dan memosisikan guru sebagai inovator dalam pengembangan kurikulum
merupakan karakteristik dalam model pengembangan Taba, model ini lebih bersifat
induktif, berbeda dengan model tradisional yang deduktif. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :
a. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama
dengan guru-guru
b. Menguji unit eksperimen
c. Mengadakan revisi dan konsolidasi
d. Pengembangan
keseluruhan kerangka kurikulum (developing
a frame work)
e. Implementasi dan desiminasi
7.
Beuachamp Model
Model ini
dikembangkan oleh George A. Beuachanp, seorang ahli kurikulum. Menurut
Beauchamp (1931), proses pengembangan kurikulum meliputi lima tahap, yaitu :
- Memutuskan arena pengembangan kurikulum, suatu keputusan yang menjabarkan ruang lingkup upaya pengembangan.
- Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa sajakah yang ikut terlibat dalam pengembangan kurikulum.
- Organisasi dan prosedur pengembangn kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhandesain kurikulum.
- Implementasi kurikulu, yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum seperti yang sudah diputuskan dalam ruang lingkup pengembangan kurikulum.
- Evaluasi kurikulum.
- Emerging Technical Models
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan,
serta nilai-nilai efisiensi efektifitas dalam bisnis. Juga mempengruhi
perkembanagan model-model kurikulum. Tumbuh kecendrungan-kecendrungan baru yang
didasarkan atas hal itu diantaranya:
- Menekankan kepuasan prilaku atau kemampuan
- Berasal dari gerakan efesiensi bisnis
- Suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan komputer.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Kurikulum
tentunya mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan kebutuhan dunia pendidikan
saat ini. Tentu juga dirasakan pada model pengembangan dari kurikulum tersebut
yang tentunya harus kita rumuskan secara bersama-sama agar kurikulum bisa
bekerja secara sistematis dan optimal dalam mencapai keberhasilan dari dunia
pendidikan. Tentunya harus ada model-model pengembangan kurikulum yang dipilih
dan dilaksakankan. Ada beberapa macam model pengembangaan kurikulum, yaitu
diantaranya model Ralph Tyler, Administrative (Line-Staff)
Model, The
Demonstration Model Roger’s
Interpersonal Relatons Model, Model Taba (inverted
Model),
Roger’s Interpersonal Relatons Model, Beuachamp
Model
dan Emerging Technical Models.
Dari jenis model pengembangan ini tentunya memiliki cara-cara sendiri dalam
pengembangan kurikulumnya.
B.
Saran
Dalam praktek pengembangan
kurikulum, tentunya masih ada segala macan keterbatasan. Agar tentunya
menanggulangi itu terjadi, maka model pengembangan kurikulum harus benar-benar
menjadi esensi pagi para pakar yang akan merancang kurikulum, yang
memperhatikan segala macam karakteristik elemen-elemen pendidikan yang
digunakan saat ini.
Langganan:
Postingan (Atom)